MAKALAH SENI RUPA
”RANGKUMAN BUKU ”
Dosen Pengampu : Drs. Edi Siswanto M. Pd
Disusun:
(PGSD
4B)
Dina
Purnamasari (10141.047)
Fitriana (10141.050)
Dikhy
Raditya M.A. (10141.058)
Yuli
Atuti (10141.069)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
IKIP
PGRI MADIUN
2012
·
Materi yang
dibahas sebagai berikut:
a)
Perbedaan karya seni rupa anak-anak dan orang dewasa.
b)
Pengertian - seni adalah keindahan, dan - seni adalah
ekspresi.
c)
Beberapa definisi SENI menurut para ahli, dan
berikan contoh karya seni berdasarkan makna definisi
tersebut.
d)
Seni Rupa zaman
Prasejarah dan Hindu di
Indonesia bersifat magis
dan religius.
e)
Seni sebagai Media Pendidikan.
f)
Pendekatan Berbasis Disiplin
Ilmu dan Pendekatan
Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa.
g)
Peranan Guru dalam Proses Pendidikan Seni Rupa di
Sekolah.
A. Perbedaan karya seni rupa anak-anak dan orang dewasa
¨
Karakteristk
karya seni rupa anak
Pada
mulanya anak-anak sukar membedakan bentuk-bentuk yang hampir serupa. Kemauan
untuk membedakan baru mulai tampak berkembang pada umur 4 tahun. Dalam test
yang dilakukan pada anak-anak yang berumur 4 tahun, ternyata mereka dapat
membedakan delapan sampai sepuluh bentuk-bentuk seperti jajaran genjang,
segitiga, trapesium, segiempat tak beraturan dan lain-lain. Mereka dapat
membedakan bentuk-bentuk tersebut tetapi tidak dapat mengingat bentuk itu
sendiri.
Pada umur 5 tahun,
anak-anak mulai dapat membedakan bentuk-bentuk yang lebih sulit.
Pada umur 6-7
tahun, penguasaan kegiatan persepsi semakin berkembang. Pengamatan mereka mulai
sistematis dan mempunyai perasaan yang lebih baik mengenai hubungan bentuk.
Daya khayal yang berlebihan mulai berkurang. Mereka mengamati bentuk
keseluruhan dan bagian detail secara terpisah, dan hanya dapat mengamatibagian
yang lebih menonjol.
Pada umur 8-9
tahun, sudah dapat melihat hubungan-hubungan bagian bentuk menjadi satu
kesatuan yang utuh. Masih ada perbedaan kemampuan secara individu pada anak
seusia ini. Mereka belum bisa melihat hal-hal yang menyangkut ruang, objek
hanya dilihat tanpa melihat dimana objek itu diletakkan.
Pada umur 9-11
tahun, mereka sudah mengenal benda nyata dengan bentuk-bentuk yang benar.
Perhatian pada objek sudah mendetail, demikian pula kemampuan dalam mengamati
ruang.
Pada umur 11-12 tahun, anak-anak sudah mulai dapat merasakan
gambar-gambar seperti suasana sebenarnya.
¨
Karakteristik
karya seni orang dewasa
Periode ini berlaku pada anak berusia 12 tahun ke atas
(Masa pra puber). Gambar yang dibuat sesuai dengan obyek yang
dilihatnya, sehingga timbul minat terhadap naturalisme, terutama pada anak yang
bertipe visual. Anak mulai menggambar sesempurna mungkin, sehingga detail lebih
diperhatikan, akibatnya spontanitas hilang. Oleh karena itu pada periode ini
merupakan akhir dari aktivitas spontanitas. Anak menjadi kritis terhadap
karyanya sendiri. Ia mulai memperhitungkan kualitas tiga dimensi (perspektif).
B. Pengertian seni adalah keindahan, dan seni adalah
ekspresi
Herbert Read
menyatakan bahwa istilah art‘ pada umumnya dihubungkan dengan bagian
seni yang biasa ditandai dengan istilah plastic‘ atau visual‘,
tetapi semestinya di dalamnya termasuk pula seni sastra dan seni musik.
Definisi seni yang sederhana dan
sering dilontarkan oleh publik secara umum ialah segala macam keindahan yang
diciptakan manusia. Orang memandang bahwa seni merupakan karya keindahan yang
menimbulkan kenikmatan. Kenikmatan meliputi aspek kepuasan jasmani-rohani, yang
muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa manusia, baik sebagai
pencipta (kreator) ataupun penikmat (apresiator).
¨ Pengertian seni adalah keindahan
Menurut asal
katanya, “keindahan” dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful. Jadi
pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, keindahan
alam, keindahan moral, keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika
murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas,
lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserap dengan
penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata.
ciri-ciri umum yang pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan
ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan
pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu
hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity),
keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance)
dan perlawanan (contrast).
¨ Pengertian seni
adalah ekspresi
Seni ialah
ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan
pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang
timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir
karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial,
ekonomi, alam, dan sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media
gerak (tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media
akan melahirkan kesatuan estetik. Media berekspresi seni rupa meliputi bentuk,
warna, bidang, garis, barik/tekstur, dan unsur-unsur estetik.
C. Beberapa definisi SENI menurut para ahli, dan contoh
karya seni berdasarkan makna definisi tersebut.
1.
Herbert Read menyatakan bahwa istilah ‗art‘
pada umumnya dihubungkan dengan bagian seni yang biasa ditandai dengan istilah
‗plastic‘ atau ‗visual‘, tetapi semestinya di dalamnya termasuk
pula seni sastra dan seni musik. Secara sederhana Herbert Read menyimpulkan bahwa seni adalah suatu usaha untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
2.
Schopenhauer adalah orang pertama yang
menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada kondisi seni musik. Dalam hal
ini kita dapat mengambil beberapa contoh:
§ Seorang Penyair mesti menggunakan
kata-kata yang berhubungan erat dengan maknanya dalam dialog sehari-hari.
§ Seorang pelukis biasanya berekspresi
dengan pengambaran keadaan dunia ini.
3.
Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional
kita telah membuat definisi seni sebagai berikut: Seni adalah perbuatan manusia
yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni
tersebut‖ (Ki Hajar Dewantara, 1962:330).
4.
Leo Tolstoy menyatakan bahwa seni memiliki
proses :”transfer of feeling‟, atau pemindahan perasaan dari si pencipta
ke penikmat seni. Dalam hal ini seni merupakan suatu sarana komunikasi perasaan
manusia (Tolstoy, 1960:51).
5.
Akhdiat Kartamiharja, menekankan bahwa seni merupakan
kegiatan psikis (rohani) manusia yang merefleksi kenyataan (realitas).
6.
Ahli
seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas
Munro, mendefinisikan seni sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan
efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya
7.
Definisi
seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman
Encyclopedia, yaitu bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan
orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang
dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun
karena kebutuhan spiritual.
D. Seni Rupa zaman
Prasejarah dan Hindu di
Indonesia bersifat magis
dan religious.
Sejarah telah menunjukkan berbagai fakta tentang perkembangan
kesenian sejak zaman prasejarah sampai kini. Seni prasejarah yang dihasilkan
oleh manusia (homo sapiens) pertama, dengan nyata telah memperlihatkan
berbagai keunikan. Karya yang dibuat lebih banyak dimaksudkan bagi keperluan
hidup sehari-hari, untuk membantu tubuh dalam menghadapi tantangan alam. Bila
kita meneliti artifak peninggalan manusia prasejarah dapat dipastikan bahwa
kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme sudah ada pada saat itu.
Kepercayaan tersebut menjadi tenaga pendorong untuk berkarya, dan kita sering
mengatakan bahwa karya itu berlatarbelakang magis dan religius. Namun tidak
sedikit pula karya seni, khususnya seni rupa, yang dilatarbelakangi kepentingan
praktis dan estetis saja. Benda-benda peninggalan seni prasejarah yang dapat
kita catatkan di antaranya:
1. Lukisan
gua (cave painting) banyak ditemukan di Eropa dan di Indonesia dengan
berbagai gaya dan bentuk, dengan latar belakang magis.
2. Bejana
keramik (gerabah) dengan berbagai motif hias yang menarik untuk kepentingan
praktis.
3. Genderang
perunggu untuk kepentingan upacara religi yang dihiasi motif stilasi makhluk
hidup dan motif geometris yang artistik.
4. Hiasan-hiasan
tubuh (manik-manik), senjata, serta perlengkapan upacara, termasuk
patung-patung kecil dari batu atau logam.
Selain
contoh karya yang dituliskan tersebut masih banyak karya seni prasejarah yang
lain, baik yang dihasilkan pada zaman paleolitikum, messolitikum, megalitikum,
neolitikum, maupun zaman logam. Perlu dicatat juga bahwa karya yang memiliki
nilai artistik yang tinggi, terutama pada benda-benda yang tiga dimensional,
dihasilkan sejak zaman neolitikum dan zaman logam. Jika kita ingin mengetahui
latar belakang penciptaan karya seni, maka kita harus memahami dorongan utama
manusia dalam menciptakan karya seni.Dorongan berkarya seni pada dasarnya
meliputi:
1. Dorongan magis dan religius (keagamaan).
2. Dorongan untuk bermain.
3.
Dorongan untuk memenuhi kebutuhan praktis (sehari-hari).
E.
Seni
sebagai Media Pendidikan
Kegiatan
bermain merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang penting untuk diperhatikan
oleh pendidik (dan orang dewasa). Sebagian besar perkembangan kepribadian anak,
misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik,
dibentuk oleh kegiatan permainannya. Permainan anak-anak yang bernilai edukatif
dapat dilakukan melalui kegiatan seni, khususnya seni rupa. Pengertian seni
pada dasarnya adalah permainan.
Salah satu
kegiatan seni rupa, sebagai permainan, yang sangat disukai anak-anak ialah
kegiatan menggambar. Hampir setiap anak yang diberi alat tulis akan
menggoreskannya pada bidang kosong. Jika diberi kertas, dia akan
menggoreskannya pada kertas dengan sesuka hati. Jika tidak diberikan kertas,
dia akan mencoretkannya pada dinding atau lantai rumah. Keasyikan menggambar
anak-anak itu merupakan bukti bahwa menggambar baginya sangat memuaskan dan
menyenangkan perasaan. Menggambar bagi anak-anak dapat juga menjadi alat
berkomunikasi dan berekspresi yang utuh sesuai dengan dunianya. Gambar manusia,
benda-benda di sekelilingnya serta aneka flora dan fauna kesenangannya
merupakan hasil ekspresinya, dan menjadi media berkomunikasi dengan orang lain.
Anak-anak yang penalarannya belum berkembang sangat bergairah berkarya seni,
karena kegiatan ini memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak-anak untuk
mengungkapkan perasaan atau berekspresi.
Ketika
penalarannya bangkit, seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan bagi
ekspresi tersebut sebagai kegiatan yang mereka senangi (Read, 1970:283). Dalam
konteks itulah seni dijadikan media pendidikan. Faedah pendidikan seni,
sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
a)
memberikan
kontribusi terhadap perkembangan individu.
b)
memberikan
pengalaman yang berharga (pengalaman estetik)
c)
sebagai
bagian yang penting dari kebudayaan.
Jika
pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu
anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan
sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan
dengan menggunakan seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya. Pada
bagian ini perlu dijelaskan perbedaan makna antara pendidikan seni rupa dengan
pengajaran seni rupa agar tidak sampai menimbulkan kesalahtafsiran dalam
penggunaan istilah tersebut.
Di sekolah
kejuruan seni rupa, berlaku pengajaran seni rupa yang lebih mengutamakan
pemberian bekal kepada para siswa agar berhasil sebagai lulusan yang memiliki
kemampuan/keterampilan bidang seni rupa tertentu. Sedangkan di sekolah umum,
pendidikan seni rupa yang diberlakukan kepada semua siswa, (berbakat maupun
tidak) lebih ditekankan kepada pemberian berbagai pengalaman kesenirupaan
sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan. Seni berfungsi sebagai media
pendidikan. Akan tetapi, istilah seni sebagai media pendidikan tidak
berarti bahwa kegiatan seninya tidak penting (karena dianggap hanya sekedar
media). Keterlibatan siswa dengan seni tetaplah harus menjadi prioritas dalam
rangka membentuk kemampuan seni atau meningkatkan kemampuan seni yang sudah ada
pada diri para siswa. Upaya peningkatan kualitas belajar menjadi fokus kegiatan;
dan ini berlaku umum dalam program belajar apa pun.
F.
Pendekatan
Berbasis Disiplin Ilmu
dan Pendekatan Kompetensi
dalam Pendidikan Seni Rupa
¨
Pendekatan Berbasis
Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni
Rupa
Pendekatan
seni rupa berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat
DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya
sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang
menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak
dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan
karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan
melalui penelitian.
Pendukung
Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa
yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan ernosinya adalah
penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek
pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa perlu diperluas. Eisner
(1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan
untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam
empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan,
penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam
kegiatan belajar: produksl seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa dan
estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/
menciptakan karya seni rupa tetapi juga perlu mempelajari bagaimana caranya
menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni
rupa dari berbagal masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat
dipadukan. Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan
dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat
yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan
anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut. Ciri DBAE adalah :
1.
Seni
rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang tertulis serta
disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, teori, dan
kritik/apresiasi seni rupa, untuk membangun pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan.
2.
Kemampuan
anak dikembangkan untuk: menghasilkan karya, menganalisis, menafsirkan, dan
menilai kualitas karya, mengetahui dan memahami peran seni rupa dalam
masyarakat serta memahami keunikan karya seni rupa dan bagaimana orang
memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian tersebut.
3.
Seni
Rupa diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang, nara
sumber, dan program penilaian (Dobbs, 1992).
¨
Pendekatan Kompetensi dalam Pendidikan
Seni Rupa
Pendekatan kompetensi, mendapat perhatian kembali di sekolah
dan sedang dalam tahap sosialisasi dan pengkajian. Inti pandangannya adalah
bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan
harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang
pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan
ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan
SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan
global masa depan. Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal
dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (pendidikan guru berdasar
kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan
dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di
Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002). Dimensi
kompetensi mencakup aspek-aspek yang telah diuraikan di muka yaitu: Persepsi,
Pengetahuan, Pemahaman, Analisis, Evaluasi, Apresiasi, dan Produksi.
Implikasi pendekatan
kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar
terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti
suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung,
tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Persoalan dalam pembelajaraan seni
adalah, bagaimana halnya dengan kompetensi yang bermuatan ekspresi-kreasi ?
Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya
ada di dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa
lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria dan kualitatif, seperti
terungkap dari kata-kata: siswa memiliki kemampuan berapresiasi. Pendekatan
DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran
itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai
berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema,
bentuk maupun gagasan.
G. Peranan Guru dalam Proses Pendidikan Seni Rupa di
Sekolah.
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap
guru seni perlu memahami kepemipinan bagaimana dan tanggung jawab apa yang
dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada
mereka; apa yang boleh dan yang tidak boleh dia lakukan. Di ruangan kelas,
setiap saat guru senantiasa diperlukan para siswanya. Peran kunci guru seni,
tidak lagi terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggambar,
atau memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih terfokus kepada
penciptaan iklim belajar yang menunjang, suasana yang akrab serta adanya
penerimaan guru atas pribadi para siswa yang beraneka ragam dengan karya dan
gagasan mereka yang bervariasi pula.
Dalam keseluruhan penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah,
peranan guru adalah memberi inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu
menerjemahkan gagasan perasaan dan reaksi siswa ke dalam bentuk-bentuk karya
seni yang terorganisasi secara estetis (Jefferson, 1969); atau, menciptakan
iklim yang menunjang bagi kegiatan menemukan,
eksplorasi dan produksi. Peranan ini dapat dimainkan guru, baik pada saat awal
ataupun di tengah pelajaran sedang berlangsung. Tentu saja, untuk dapat
berperan seperti ini guru seni perlu mengasah epekaan rasa seninya secara
memadai, melalui kegiatan belajar yang terus-menerus (belajar bisa diartikan:
mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya). Tugas-tugas guru seni
sebetulnya cukup jelas dan spesifik tetapi jangan diartikan secara kaku. Yang
penting, tetaplah berorientasi kepada kebutuhan belajar siswa.
Tugas-tugas
guru paling sedikit meliputi lima kegiatan penting, yaitu:
·
merancang,
·
memotivasi,
·
membimbing,
·
mengevaluasi, dan
·
menyelenggarakan pameran.
Berikut ini akan
dibahas salah satu tugas yang sangat penting bagi guru dan perlu dikembangkan,
tetapi sering diabaikan yaitu memotivasi. Motivasi berasal dari kata motif
yang berarti dorongan untuk berbuat. Jadi motivasi adalah proses yang
memungkinkan perilaku seseorang digerakkan dan diarahkan kepada suatu tujuan
tertentu. (baca: Kleinginna & Kleinginna, 1981).
Sering
dikemukakan orang bahwa dalam kegiatan berkarya seni, anak-anak tidak perlu
dimotivasi, karena mereka sudah dengan sendirinya menyukai kegiatan ini.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana terbukti dalam kenyataan.
Tidak semua anak secara spontan mampu berkreasi, sekalipun ia berada pada fase
perkembangan yang disebut the golden age of creative expression
(masa keemasan ekspresi kreatif), sekitar usia kelas I – III SD. Kiranya faktor
lingkungan budaya turut memegang peranan dalam hal ini. Spontanitas berekspresi
- kreatif pada anak hanya terjadi jika didukung oleh iklim yang menunjang dan
melalui serangkaian pengalaman berkesenian, baik dalam bentuk kegiatan
apresiasi maupun kreasi.
Beberapa
cara yang dapat dijadikan alat motivasi oleh guru pada awal pelajaran seni rupa
yaitu: insentif, membangunkan pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi emosional),
pengamatan langsung kepada objek di lingkungan, asosiasi gagasan dengan
bahan/media dan perluasan pengetahuan. Insentif di sini lebih diartikan sebagai
penguatan (reinforcement) bersifat non-material, yang memungkinkan para
siswa tergugah minatnya untuk mengikuti pelajaran. Bentuknya antara lain
berupa: kata-kata pujian, gerak mimik, acungan jempol, atau tanda persetujuan
dan penerimaan guru kepada siswa yang mengemukakan gagasan menarik. Hal ini
dapat dilakukan terutama pada diskusi awal. Membangunkan ingatan perlu
dilakukan, untuk mengungkapkan kembali pengalaman siswa di masa lalu yang
mungkin sudah dilupakan. Caranya, dengan melakukan pancingan-pancingan kata-kata,
kalimat pernyataan atau pertanyaan yang tak perlu dijawab secara verbal.
Asosiasi emosional hampir sama dengan membangunkan ingatan, namun lebih
diperdalam sehingga dapat menyentuh perasaan dan imajinasi siswa. Gagasan yang
dikaitkan dengan ekspresi menghasilkan karya yang lebih berkualitas.
Memperluas
pengetahauan, artinya guru berupaya agar pengetahuan siap mengenai suatu objek
yang telah dimiliki siswa, ditambah, diperkaya oleh guru maupun siswa-siswa
lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi pada tahap awal (pra-kegiatan),
pada waktu kegiatan sedang berlangsung atau setelah hasil karya selesai dibuat
siswa. Pengetahuan yang luas akan memeperlancar proses kreasi, bahkan
meningkatkan daya tarik hasil karya. Akhirnya guru perlu memperhatikan juga
kapan saat-saat yang tepat diberikannya motivasi, jangan sampai mengganggu
siswa yang sedang asyik bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar